free html hit counter

Teori-Teori Penyebaran Dan Dakwah Islam di Asia Tenggara

Asia Tenggara merupakan sebutan untuk sebuah wilayah daratan Asia bagian tenggara yang terdiri atas Indocina, Kepulauan Indonesia, dan Kepulauan Filipina. Pada masa kini, negara-negara di Asia Tenggara adalah Myanmar, Laos, Vietnam, Kamboja, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei Darussalam, dan Timor Leste. Semuanya terletak memanjang di Benua Asia, kecuali Indonesia, Filipina, Singapura, dan Timor Leste yang merupakan kepulauan di Samudra Hindia.
Ada beberapa teori mengenai proses penyebaran Islam di Asia Tenggara.

Teori Pertama

Teori ini mengatakan bahwa Islam datang dari Gujarat, India. Teori ini dikemukakan oleh Pijnapel pada tahun 1872. Berdasarkan catatan perjalanan Sulaiman, Marcopolo, dan Ibnu Batutah, ia menyimpulkan bahwa orang-orang Arab yang bermazhab Syafi’i, juga orang-orang dari Gujarat dan Malabar (India) membawa Islam ke Asia Tenggara. la mengatakan bahwa hubungan ini terjalin melalui kegiatan perdagangan. Selanjutnya, teori tersebut dikembangkan oleh Morrison pada tahun 1951. la merujuk Pantai Koromandel sebagai tempat bertolaknya para pedagang muslim menuju Nusantara.

Teori Kedua

Teori ini mengatakan bahwa Islam datang dari Arab. Teori ini dikemukakan oleh Crawfurd (1820), Kayzer (1859), Niemann (1861), de Hollander (1861), dan Veth (1871). Crawfurd menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab, meskipun pada bagian lain ia juga menyebut bahwa Islam datang dari India Timur.
Sementara itu, Kayzer beranggapan bahwa Islam datang dari Mesir yang bermazhab Syafi’i. Ternyata teori tersebut juga dipegang oleh Niemann dan de Hollander, tetapi dengan menyebut Hadramaut, bukan Mesir. Teori semacam ini juga dikemukakan oleh Buya Hamka yang menyebutkan bahwa Islam datang dari Arab pada abad ke satu Hijriah atau abad 7 Masehi.

Teori Ketiga

Teori ini dikembangkan oleh Fatimi bahwa Islam datang dari Bengali (Bangladesh). la mengutip Tome Pires yang mengemukakan bahwa kebanyakan orang Islam terkemuka di Pasai adalah orang Bengali. Sehubungan dengan itu, Islam muncul pertama kali di Semenanjung Malaka, dari arah Pantai Timur pada abad 11 Masehi melalui Kanton, Phanrang (Vietnam), Leran, dan Trengganu (Malaysia).
Ia beralasan bahwa Islam di Semenanjung Malaka sama dengan Islam di Phanrang, diperkuat lagi dengan adanya kemiripan antara prasasti yang ada di Trengganu dan prasasti yang ada di Leran. Sementara itu, Drewes mempertahankan teori Snouck Hurgronje bahwa teori Fatimi ini tidak dapat diterima, terutama penafsirannya mengenai prasasti yang dinilai sekadar dugaan. Lagi pula Islam yang berkembang adalah mazhab Hanafi, bukan mazhab Syafi’i.
southeast asia map

Sementara itu, proses masuknya Islam di Asia Tenggara berlangsung secara bertahap.

BACA JUGA :  Pengertian Maharah Kalam dan Tujuan Mempelajarinya

Tahap Pertama

Tahap ini dimulai sejak kedatangan Islam yang diikuti dengan keruntuhan Kerajaan Majapahit pada abad 14 dan 15 Masehi.

Tahap Kedua

Tahap ini dimulai sejak kedatangan kolonial Belanda di Indonesia serta Inggris di Semenanjung Malaka, dan Spanyol di Filipina. Ini semua terjadi sampai awal abad 19 Masehi.

Tahap Ketiga

Tahap ini dimulai pada abad 20 Masehi sejak terjadinya liberalisasi kebijakan pemerintah kolonial.

Jadi, Islamisasi di Asia Tenggara pada mulanya terbatas pada wilayah-wilayah sepanjang pelabuhan. Setelah selang beberapa waktu, baru kemudian memasuki wilayah pesisir dan perkampungan. Pada tahap ini para pedagang dan ulama memiliki peran penting dalam proses dakwah penyebaran agama Islam di wilayah asia tenggara. Adapun hal yang menarik di adalah mereka membuat kesepakatan dengan penguasa lokal.

Hingga abad 27 Masehi, Islam masih dipengaruhi oleh agama Hindu, Budha, animisme, dan dinamisme. Oleh sebab itu, berkembanglah tasawuf dan tarekat yang cenderung bersikap toleran terhadap agama dan kepercayaan yang telah ada terlebih dahulu.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa Islam di Asia Tenggara mempunyai karakteristik yang berbeda dengan Islam di kawasan lain. Karakteristik itu cenderung lebih damai, ramah, dan toleran. Penyebaran Islam di kawasan ini tidak melalui peperangan. Konsekuensinya, Islam yang ada adalah Islam yang akomodatif.

Banyak ahli mencoba menjelaskan mengapa Islam dapat diterima sebagai agama mayoritas oleh masyarakat di Asia Tenggara. Sebagian menyatakan bahwa para pedagang muslim memperkenalkan Islam untuk mendapatkan posisi yang kuat secara ekonomis dan politis.
Pada sektor ekonomi, mereka melakukan aktivitas perdagangan tentu untuk mendapatkan keuntungan. Adapun, dari segi Politik, para pedagang muslim memperoleh dukungan dari penguasa setempat. Mereka memperkenalkan Islam dan memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan penguasa atau otoritas setempat.
Cara yang dilakukan para pedagang yang membawa ajaran Islam ini dengan tidak membatasi pilihan masyarakat terhadap agama lain. Ada juga yang berpendapat bahwa pihak kolonial lebih mengutamakan keuntungan ekonomi dibandingkan upaya Kristenisasi.

Dengan demikian, keberadaan Islam tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah kolonial karena mereka tidak memaksakan agam Kristen kepada penduduk pribumi.

Pemikiran yang lainnya menyatakan bahwa keberadaan pemerintah kolonial justru menjadi faktor pendorong terjadinya Islamisasi lebih intensif. Kebijakan pemerintah kolonial yang memecah-belah masyarakat pribumi menjadikan Islam sebagai suatu wadah integrasi untuk menghadapi penindasan penjajah.

Akan tetapi, tentang diterima tidaknya Islam oleh sebagian masyarakat adalah fleksibelnya ajaran Islam yang dikenalkan ke Asia Tenggara dan “disesuaikan” dengan kepercayaan yang sebelumnya telah ada. Dalam tahap pertama mungkin memang demikian, tetapi dalam proses selanjutnya kesamaan yang memudahkan masyarakat untuk masuk Islam, justru menjadi proses penghilangan kesamaan itu ke arah Islam yang lebih murni.

BACA JUGA :  Mata Kuliah di Jurusan Teknik Lingkungan

Masuknya Islam ke Asia Tenggara melalui proses sejarah yang panjang. Kerajaan-kerajaan yang telah berdiri terlebih dahulu berada dalam situasi politik, sosial, dan budaya yang berbeda-beda. Ketika Sriwijaya mengembangkan kekuasaannya sekitar abad 7 dan 8 Masehi, Selat Malaka sudah ramai oleh para pedagang muslim.

Keberadaan pedagang-pedagang Islam di Asia Tenggara ketika itu mungkin belum memberikan pengaruh pada kerajaan-kerajaan secara menyeluruh. Setelah pecahnya pemberontakan petani Cina Selatan terhadap Kaisar Hi Tsung (878—889 M) yang menyebabkan banyak orang Islam dibunuh, mereka lalu mencari perlindungan ke Kedah.
Hal ini berarti orang Islam telah mulai melakukan kegiatan politik yang membawa akibat bagi kerajaan di Asia Tenggara dan Cina. Syed Naguib Al-Attas berpendapat bahwa ketika abad Masehi masyarakat Islam telah membangun perkampungan di Kanton, sekaligus membangun pemerintahan di Kedah dan Palembang.

Kenaifan pemerintahan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara memberikan kesempatan kepada para pedagang muslim dan mubaligh untuk mendapatkan kesempatan. Mereka memberikan dukungan kepada wilayah-wilayah yang menyatakan diri sebagai kerajaan Islam, seperti Kerajaan Samudra Pasai di pesisir timur laut Aceh yang diperkirakan berdiri pada abad 7 Masehi. Kerajaan ini merupakan hasil proses dakwah di Perlak.

Sementara itu, penemuan nisan Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang bertuliskan tahun 475 Hijriah (1082 M) memperkuat bukti mengenai penyebaran Islam yang sejalan dengan semakin mundurnya Kerajaan Majapahit.
Di samping itu, ditemukan pula nisan di Troloyo, Trowulan, dan Gresik. Batu-batu nisan ini menjadi bukti dan memperkuat berita Ma-Huan pada tahun 1416 M yang menceritakan keberadaan orang-orang Islam di darah Gresik.

Check Also

Ghoorib.com | Definisi Fa’il Dalam ilmu nahwu dan Pembagiannya

Definisi Fa’il Dalam ilmu nahwu dan Pembagiannya

Definisi Fa’il Fa’il (فَاعِلُ) secara bahasa adalah orang yang menanggung sebuah kelakuan, atau sering kita …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *